Diskusi Budaya Volume #3 di Cilegon
Satria Garuda Banten hadir dalam diskusi budaya volume #3 yang membahas peristiwa dan pergeseran nilai budaya di usia ke-26 Kota Cilegon. Bergabunglah untuk memahami lebih dalam tentang perubahan nilai budaya.
Mhd Hamzah Qosem S.Kom
5/2/20255 min read


Diskusi Budaya Volume #3 :
Mencatat Peristiwa dan Pergeseran Nilai Budaya di Usia ke-26 Kota Cilegon
Cilegon, 2 Mei 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kota Cilegon yang ke-26, Lembaga Penelitian dan Konsultasi Sosial Masyarakat (LPKSM) Satria Garuda Banten turut hadir dan berpartisipasi aktif dalam Diskusi Budaya Volume #3 yang diselenggarakan di Kafe Luang Persona, Ciwaduk, Cilegon. Acara ini merupakan kolaborasi antara Studio Seni Cilegon Berjejak dan Wilip Institute dengan tema “Mencatat Peristiwa dan Pergeseran Nilai Budaya”, yang bertujuan merespons dinamika sosial dan transformasi nilai budaya di Kota Baja.
Berbagai tokoh budaya, agama, dan pendidikan berkumpul dalam forum ini untuk berdiskusi dan merefleksikan perubahan signifikan yang dialami Cilegon seiring kemajuan pembangunan fisik dan industri. Para narasumber yang kompeten dari berbagai latar belakang menyampaikan pandangan mereka, mulai dari pentingnya menjaga nilai-nilai keislaman dan akhlakul karimah, peran ulama sebagai juru bicara kebudayaan, tantangan pendidikan dalam mempertahankan kearifan lokal, hingga urgensi pelestarian ruang ekspresi budaya tradisional yang melibatkan generasi muda secara aktif.
Diskusi yang dipandu oleh seniman sekaligus pegiat budaya Mang Pram ini menegaskan bahwa pembangunan yang ideal tidak hanya mengutamakan aspek infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kultural yang berakar pada warisan leluhur. Pergeseran nilai budaya bukan untuk ditolak, melainkan dipahami dan disikapi secara bijak agar masyarakat Cilegon tetap memiliki arah yang kuat dan beridentitas.
Acara ini menjadi momentum penting bagi LPKSM Satria Garuda Banten untuk terus mendukung pelestarian nilai budaya dan sosial di Banten, sekaligus memperkuat sinergi dengan berbagai komunitas dan tokoh masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal di tengah dinamika zaman.
Diskusi ini menghadirkan para pemateri yang berkompeten dari berbagai latar belakang, yakni:
KH. Nawawi Sahim, tokoh agama sekaligus pengasuh pesantren
KH. Muktilah, ulama yang aktif dalam dakwah dan pendidikan nilai-nilai Islam di masyarakat
Drs. Hj. Heni Anita Susila, M.Pd, pemerhati pendidikan dan budaya lokal
Muhammad Rois Rinaldi, budayawan muda Sekaligus Seniman dan Satrawan GAKSA - Cilegon yang aktif dalam gerakan literasi
Dadang Masykur, peneliti dan pegiat seni tradisi di wilayah Banten
Dan di bawakan oleh moderator acara : Mang Pram, seniman sekaligus Direktur Wilip Institute dan pegiat budaya yang selama ini konsisten mendokumentasikan peristiwa-peristiwa sosial di Cilegon.






Pergeseran Nilai Budaya : Refleksi Kebudayaan Cilegon di Usia ke-26
Cilegon, kota yang dulunya dikenal sebagai lumbung agraris dan perkampungan pesisir yang religius, kini telah menjelma menjadi kota industri strategis di Provinsi Banten. Di usia ke-26 tahun, banyak capaian pembangunan yang layak diapresiasi. Namun di balik geliat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik kota, terselip dinamika sosial dan kultural yang perlu dicermati secara mendalam—khususnya terkait pergeseran nilai budaya yang perlahan namun pasti mengubah wajah masyarakat Cilegon.
Sebagai salah satu kota industri terbesar di Indonesia, Cilegon tak hanya dikenal lewat deru mesin pabrik dan geliat investasi, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya hasil rajutan sejarah panjang masyarakat agraris, maritim, hingga pesantren. Dalam perjalanan waktu dan laju modernisasi yang terus bergulir, kota ini ikut mengalami pergeseran nilai budaya yang cukup signifikan.
Dari Kacamata Sastrawan : Romantisme yang Memudar
Sastrawan lokal mencermati bahwa pergeseran budaya di Cilegon tercermin dari semakin pudarnya tradisi lisan seperti pantun, gurindam, dan hikayat, yang dahulu menjadi sarana penyampaian nilai-nilai kesantunan, kehormatan, dan kearifan lokal. Ruang-ruang ekspresi sastra tradisional semakin menyempit, tergeser oleh dominasi narasi digital yang cepat dan instan. Namun, kondisi ini bukan akhir dari eksistensi sastra lokal. Sebaliknya, hal ini menjadi peluang untuk merancang kembali narasi budaya dengan pendekatan yang lebih modern—melalui media sosial, literasi digital, dan panggung komunitas urban.
Dari Sudut Pandang Budayawan : Tradisi vs Gempuran Globalisasi
Budayawan mencatat bahwa sejumlah ritual dan tradisi, seperti Seba Baduy, Mapag Padi, dan Maulid Nabi yang dulu menjadi identitas kolektif masyarakat Banten, kini mulai terpinggirkan oleh arus budaya global. Media massa, internet, dan budaya konsumtif yang mengedepankan gaya hidup individualis telah mengubah wajah ruang publik. Di Cilegon, budaya silaturahmi dan gotong royong yang lekat di perkampungan kini perlahan digantikan oleh pagar besi dan gaya hidup mandiri di perumahan modern.
Dari Perspektif Santriwan dan Agama : Tantangan Akhlak dan Identitas
Sebagai "Kota Santri", Cilegon menghadapi gesekan nilai antara budaya pesantren yang mengedepankan akhlakul karimah dan gaya hidup modern yang permisif serta cepat berubah. Di satu sisi, perkembangan digital membuka akses ilmu pengetahuan yang luas, namun di sisi lain membawa risiko memudarnya nilai-nilai adab, penghormatan terhadap guru, ulama, dan orang tua. Para santriwan dan tokoh agama kini terpanggil untuk merumuskan dakwah yang kontekstual dan mampu menjawab tantangan zaman, tanpa kehilangan ruh kesantunan dan kearifan lokal.
Menjaga yang Lama, Menyambut yang Baru
Pergeseran nilai budaya bukanlah sesuatu yang mutlak negatif. Ia merupakan keniscayaan dalam setiap peradaban. Yang perlu dijaga adalah esensi: nilai-nilai kebersamaan, kearifan, dan akhlak mulia yang menjadi fondasi masyarakat Cilegon. Karena itu, forum-forum seperti Diskusi Budaya Volume #3 menjadi ruang strategis untuk merefleksikan perjalanan budaya, menyusun strategi pelestarian, dan menjembatani tradisi dengan inovasi.
Diskusi Budaya Volume #3 : Menjaga Akar Budaya di Tengah Modernisasi
Dalam sesi diskusi yang digelar oleh Studio Seni Cilegon Berjejak dan Wilip Institute pada 2 Mei 2025, para narasumber menyoroti perubahan signifikan terhadap lanskap sosial dan budaya di Cilegon akibat perkembangan industri dan urbanisasi. KH. Nawawi Sahim menegaskan pentingnya mempertahankan nilai-nilai keislaman dan akhlakul karimah agar tidak terkikis oleh digitalisasi dan budaya luar yang bertentangan dengan nilai lokal.
KH. Muktilah menambahkan bahwa ulama kini memiliki peran strategis, bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai juru bicara budaya yang menjembatani tradisi dengan realitas modern.
Drs. Hj. Heni Anita Susila, M.Pd, mengingatkan akan tantangan dalam dunia pendidikan untuk tetap menanamkan nilai-nilai gotong royong, tata krama, serta kecintaan terhadap bahasa dan budaya daerah. Menurutnya, pendidikan karakter berbasis budaya lokal harus terus diperkuat dan menjadi bagian dari kurikulum maupun praktik keseharian.
Budayawan muda M. Rois Rinaldi menyampaikan keprihatinannya terhadap menyempitnya ruang ekspresi budaya di Cilegon. Ia menekankan bahwa pelestarian budaya tak bisa bergantung pada seremonial semata, tetapi perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan generasi muda secara aktif.
Seniman dan peneliti budaya, Dadang Masykur, menutup diskusi dengan menekankan pentingnya pencatatan dan dokumentasi peristiwa budaya sebagai bagian dari proses menjaga identitas kolektif. Menurutnya, budaya yang tidak dicatat berisiko dilupakan.
Peran LPKSM Satria Garuda Banten dalam Pelestarian Budaya Lokal
Partisipasi aktif LPKSM Satria Garuda Banten dalam Diskusi Budaya Volume #3 menunjukkan komitmen lembaga ini dalam menjaga nilai-nilai budaya lokal di tengah perubahan zaman. LPKSM melihat forum ini sebagai momentum strategis untuk memperkuat sinergi antara masyarakat, tokoh agama, komunitas budaya, dan lembaga pendidikan dalam upaya pelestarian budaya.
Melalui keterlibatan aktif dalam forum-forum budaya, LPKSM Satria Garuda Banten berupaya menjadi jembatan antara masyarakat, pelaku budaya, dan pemangku kebijakan dalam merumuskan langkah konkret untuk menjaga nilai-nilai luhur yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Penutup
Diskusi Budaya Volume #3 menjadi momen penting bagi masyarakat Cilegon untuk menyadari bahwa pembangunan kota tidak hanya terukur dari kemajuan fisik dan ekonomi, tetapi juga dari kekuatan identitas budayanya. Pergeseran nilai budaya adalah bagian dari dinamika zaman, namun harus direspons dengan bijak agar nilai-nilai luhur masyarakat tetap terjaga.




Pelayanan
PERAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT UNTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN
ALAMAT :
© 2025. All rights Satria Garuda Banten
Komplek Metro Grand Cendana Blok N19 No. 02 Kelurahan Kebondalem Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon - Banten
Kontak :
Phone : 0877-3722-228 / 0812-1999-8849
Email : lpksm.satbanten@gmail.com
0877-7372-2228